Kabarmedik.com – Tuberculosis (TBC) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini sangat menular dan dapat menyebar melalui tetesan udara yang keluar dari mulut atau hidung penderita saat batuk atau bersin. TBC adalah salah satu penyakit infeksi yang paling mematikan di dunia dan masih merupakan masalah kesehatan besar di berbagai negara, termasuk Indonesia.
Data World Health (WHO) menyebutkan Indonesia merupakan negara dengan angka prevalensi TBC tertinggi kedua di dunia, dengan jumlah kasus TBC sekitar 400.000 setiap tahunnya. TBC juga masih merupakan salah satu penyebab utama kematian di Indonesia, dengan angka kematian sekitar 30.000 orang setiap tahunnya. Sekitar 30% pasien TBC di Indonesia baru didiagnosis setelah infeksinya sudah berkembang dan memperlukan perawatan yang lebih intensif. Angka resistensi obat TBC di Indonesia cukup tinggi, sekitar 10% pasien TBC menunjukkan resistensi terhadap salah satu obat pengobatan TBC. Hanya sekitar 70% pasien TBC di Indonesia yang memiliki akses yang cukup terhadap layanan kesehatan dan pengobatan TBC yang berkualitas. Semua ini mengakibatkan TBC menjadi salah satu permasalahan Kesehatan Utama yang harus diatasi di Indonesia.
Menurut laporan World Health Organization (WHO) tahun 2019, penyakit jantung merupakan penyebab utama kematian di Indonesia, dengan angka kematian akibat penyakit jantung sekitar 36,1% dari seluruh angka kematian. Data Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI tahun 2018 menunjukkan bahwa prevalensi penyakit jantung pada populasi dewasa di Indonesia sebesar 9,8%. Sumber daya yang terbatas dan kurangnya akses pelayanan kesehatan yang berkualitas juga menjadi faktor penting dalam peningkatan angka kasus penyakit jantung di Indonesia. Oleh karena itu, dibutuhkan upaya yang konsisten dan berkesinambungan dari pemerintah dan masyarakat untuk mencegah dan mengurangi angka kejadian penyakit jantung di Indonesia.
TBC dan penyakit jantung memiliki hubungan yang sangat erat. Penyakit jantung adalah salah satu komplikasi yang sering terjadi pada penderita TBC, dan TBC sendiri dapat memperburuk kondisi penyakit jantung. Dalam hal ini, TBC dan penyakit jantung mempengaruhi satu sama lain dan menambah risiko dan beban bagi penderita dan sistem kesehatan.
Baca : 5 Jenis Penyakit Paru-Paru yang Bisa Menyerang Segala Usia
Pada penderita TBC, infeksi dapat menyebabkan kerusakan pada jantung dan pembuluh darah, sehingga meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung. Penyulit pada jantung yang dapat timbul saat terinfeksi TBC adalah peradangan pada otot jantung dan rongga perikard, ini bisa mengakibatkan terjadinya miokarditis, pericarditis, bahkan bisa mengakibatkan efusi perikard yang bisa berujung tamponade jantung yang mengganggu kerja jantung. Infeksi dan peradangan kronis yang diakibatkan TBC dapat mengakibatkan terjadinya disfungsi endotel yang sehingga plak atherosclerosis lebih mudah terjadi dan ruptur, sehingga risiko untuk mengalami stroke atau serangan jantung meningkat pada penderita TBC. Kerusakan parah pada paru juga dapat meningkatkan tekanan darah di arteri pulmonal, sehingga beban jantung kanan akan meningkat, dalam jangka panjang bisa terjadi gagal jantung kanan yang akan memperburuk kualitas hidup pasien. Penderita TBC yang juga menderita penyakit jantung membutuhkan perawatan yang lebih intensif dan memiliki prognosis yang lebih buruk dibandingkan dengan penderita TBC yang tidak menderita penyakit jantung.
Sebaliknya, penderita penyakit jantung juga memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terinfeksi TBC. Penderita penyakit jantung yang belum stabil memiliki sistem kekebalan yang lebih lemah dibandingkan dengan orang sehat, sehingga mereka lebih rentan terhadap infeksi. Penyakit jantung juga dapat memperburuk kondisi TBC dan memperlambat proses pemulihan.
Tuberculosis (TBC) dan penyakit jantung merupakan dua masalah kesehatan yang sangat serius dan mempengaruhi jutaan orang di seluruh dunia. Meskipun kedua kondisi ini memiliki gejala dan faktor risiko yang berbeda, namun mereka saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain. Berikut adalah hubungan antara TBC dan penyakit jantung:
- Orang yang memiliki TBC memiliki risiko yang lebih tinggi untuk menderita penyakit jantung dibandingkan dengan orang yang tidak menderita TBC. Sebaliknya orang yang memiliki sakit jantung dapat memiliki daya tahan tubuh yang lemah sehingga mudah terinfeksi TBC.
- Beberapa obat yang digunakan untuk mengobati TBC dapat memiliki efek samping yang mempengaruhi fungsi jantung. Ini termasuk meningkatnya risiko hipertensi, meningkatnya kadar lemak, menurunnya efektivitas pengobatan statin pada pasien dengan penyakit jantung, menurunnya fungsi jantung, dan meningkatnya risiko aritmia jantung.
- Orang yang menderita TBC sering mengalami stres dan tekanan emosional yang tinggi, karena harus menghadapi masalah kesehatan yang berat dan proses pengobatan yang panjang. Stres ini dapat memperberat kondisi jantung.
- TBC dapat menyebabkan kerusakan paru-paru dan mempengaruhi fungsi paru-paru, sehingga memperburuk kondisi jantung. Ini bisa memperberat keluhan yang ada dan mempersulit pengobatan.
Waspadai TBC Kelenjar yang Ditandai dengan Benjolan di Leher
Kolaborasi yang efektif antara profesional kesehatan dan pemerintah penting untuk memastikan bahwa pasien TBC menerima layanan kesehatan yang komprehensif dan memenuhi standar kualitas yang terjangkau. Ini termasuk screening dan pemeriksaan jantung rutin pada pasien yang terdiagnosis TBC, apalagi jika penderitanya diketahui memiliki faktor risiko penyakit jantung. Selain pengobatan yang pengobatan yang tepat dan teratur, dukungan emosional bagi pasien TBC juga diperlukan. Ini tentunya memerlukan investasi dalam sistem kesehatan, pendidikan kesehatan, dan pencegahan penyakit.
Dengan mengetahui adanya hubungan antara TBC dan penyakit jantung, kita dapat melakukan upaya prevensi lebih awal sehingga penyakit yang ada tidak kemudian diperberat oleh penyakit lainnya, pada akhirnya ini dapat membantu mengurangi angka kematian dan memperbaiki kualitas hidup pada 2 penyakit yang kita ketahui menimbulkan angka kesakitan dan kematian yang tinggi di Indonesia. Ini memerlukan kesadaran, komitmen dan partisipasi aktif dari masyarakat, dokter di layanan kesehatan dan pemerintah sehingga permasalahan kesehatan global ini tidak memburuk.
Sumber : kieraclinic.com